Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Barat Oktober 2015 sebesar 106,31; meningkat 0,47 persen dibandingkan NTP September 2015 yang sebesar 105,82. Selain itu, NTP menurut subsektor tercatat untuk subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) 103,21; Subsektor Hortikultura (NTP-H) 100,84; Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-R) 113,89; Subsektor Peternakan (NTP-T) 103,41; dan Subsektor Perikanan (NTN) 99,85. NTP Subsektor Perikanan terbentuk dari gabungan perikanan tangkap dan budidaya perikanan yang memiliki NTP masing-masing sebesar 100,83 dan 98,10.
Hasil pemantauan harga konsumen perdesaan menunjukkan terjadinya inflasi perdesaan di Sulawesi Barat pada Oktober 2015 sebesar 0,09 persen, yang secara umum dipicu oleh meningkatnya indeks harga empat kelompok pengeluaran, dimana indeks harga kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau meningkat sebesar 0,47 persen, indeks harga kelompok pengeluaran perumahan sebesar 0,08 persen, indeks harga kelompok pengeluaran kesehatan sebesar 0,34 persen, dan kelompok pengeluaran transportasi dan komunikasi sebesar 0,13 persen. Sementara itu, indeks harga kelompok pengeluaran bahan makanan turun sebesar -0,08 persen dan indeks harga kelompok pengeluaran sandang sebesar -0,03 persen. Indeks harga kelompok pengeluaran pendidikan, rekreasi dan olah raga cenderung stabil.
Inflasi di daerah perdesaan terjadi di 17 provinsi di Indonesia, tertinggi di Sulawesi Utara 0,68 persen dan terendah di Nusa Tenggara Barat 0,05 persen. Sementara itu deflasi perdesaan terjadi di 16 provinsi, tertinggi di Bangka Belitung -0,81 persen dan terendah di Bali -0,02 persen. Sulawesi Barat menempati urutan ke-16 dari 17 provinsi yang mengalami inflasi.
Untuk skala nasional, NTP bulan Oktober 2015 sebesar 102,46; meningkat sebesar 0,13 persen dibandingkan bulan September 2015, dan mengalami deflasi perdesaan sebesar -0,04 persen.